joenkbaenk

selamat datang di duniakuuu ^_^

KAU ! 10 Juni 2011

Filed under: sekate-kate — fitri_aini_sy @ 13:12

akuu tak pernah mengingat bagaimana awalnya jiwamu menarik jiwakuu ,

akuu tak pernah mengerti mengapa keterbatasanmuu membuatkuu menjadi lebih bodoh dari sebelumnya ,

akuu tak pernah tau mengapa emosi dan egomuu membuatkuu mengenal kesabaran dan menumbuhkan pengertian ,

akuu juga tak cukup memahami kebahagiaanmu mampu membuatkuu tersenyum menatap dunia ,

dan akuu tak pernah menemukan alasan mengapa akuu merasakan itu semuaa .

 

KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES SOSIAL, POLITIK DAN BUDAYA

Filed under: koeliah cui! — fitri_aini_sy @ 05:16

Saat ini kita telah memasuki era yang disebut ”Revolusi Komunikasi” dari Daniel Lerner, ”Masyarakat Pasca Industri” (The Post Industrial Society) dari Daniel Bell, ”Abad Komunikasi” atau ”Gelombang Ketiga” (The Third Wave) dari Alvin Toffler. Salah satu ciri yang menyertai berbagai sebutan era dari para ahli tersebut adalah penggunaan alat komunikasi sebagai media yang sangat penting di dalam pergaulan manusia. Globalisasi sendiri telah memporakporandakan sebuah negara yang berusaha mengisolasi diri dari pergaulan dunia, bahkan Marshall McLuhan mengatakan bahwa kita telah memasuki Global Village (kampung global).

Global Village artinya dunia diibaratkan sebuah kampung dengan suatu ciri apa yang terjadi di sebuah wilayah negara dalam waktu singkat segera diketahui oleh negara lain. Sama persis suatu kejadian yang ada di sebuah sudut kampung dalam waktu singkat cepat diketahui oleh seluruh masyarakat di kampung tersebut.

Menurut Collin Cherry kasus semacam itu sering diistilahkan dengan ledakan komunikasi massa. Ledakan komunikasi massa ternyata membawa implikasi geografis dan geometris. Implikasi geografis artinya suatu negara pada akhirnya akan terseret arus pada jaringan komunikasi dunia. Sedangkan implikasi geometris adalah berlipatnya jumlah lalu lintas pesan yang dibawa dalam sistem komunikasi yang jumlahnya berlipat-lipat. Saat ini kita tidak bisa membayangkan bahwa satelit kita dilewati (menjadi perantara) banyak informasi dan pesan.

Berbagai perkembangan komunikasi tersebut sebenarnya merupakan proses yang terus menerus diperbaharui dari hari ke hari. Kalau dahulu sistem komunikasi dilakukan lewat pelayanan pos (Curtus Publicus) yang terjadi di kota Roma, kemudian berkembang menjadi lebih maju dengan ditemukannya telegraf satu abad sesudahnya, penemuan kristal transistor pada 1948, satelit dan saat ini sudah ada bentuk komunikasi yang semakin canggih dengan menggunakan istilah electronic memory chips (chips) berupa peralatan mikro komputer.

Daniel Lerner, dalam tulisannya yang berjudul Technology, Communication, and Change pada 1976, mencatat lima revolusi komunikasi yang pernah terjadi di dunia sebelum tahun 1975. Lima revolusi komunikasi tersebut yakni sebagai berikut.

Teknologi Media Rentang waktu ke tahun 1975
Mesin cetak cetakan + 500 tahun
Kamera atau film visual 100 tahun
Transmitter atau tabung hampa audio 50 tahun
Transistor atau tabung gambar audio visual 20 tahun
Satelit Jaringan dunia pertama 10 tahun

Setiap revolusi komunikasi berbeda rentang waktunya. Seperti, antara revolusi pertama ke revolusi kedua membutuhkan waktu lebih dari 400 tahun. Waktu selama empat abad itu dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah kelas sosial yang bisa memanfaatkan teknologi cetak tersebut.

Di Indonesia perkembangan tersebut juga terasa sekali. Komunikasi antarpersona yang dahulu menjadi andalan dalam proses komunikasi lambat laun posisinya sudah tergeser oleh media radio dan surat kabar yang digunakan untuk alat perjuangan. Kemudian tergeser oleh peran media televisi ketika di tanah air sudah ada siaran televisi pada 1962.

Pertanyaan kita selanjutnya adalah bagaimana kaitan antara realitas komunikasi tersebut dengan sosial, budaya, dan politik? Atau dengan kata lain bagaimana komunikasi bisa dijelaskan sebagai proses sosial, budaya, dan politik?

A. Hakikat Proses Sosial

Studi tentang peranan komunikasi dalam proses sosial banyak dikaitkan dengan asumsi-asumsi bahwa perubahan sosial (social change) dapat disebabkan karena komunikasi. Para ahli umumnya menitikberatkan perhatiannya pada studi tentang efek komunikasi. Para pakar dari berbagai disiplin ilmu sangat percaya bahwa komunikasi merupakan sebuah kekuatan yang bisa digunakan secara sadar untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku masyarakat, terutama dalam menerima gagasan-gagasan baru dan teknologi baru.

Arifin mencatat bahwa keyakinan tersebut telah menyebabkan berkembangnya kajian tentang difusi. Sesungguhnya kajian difusi ini telah dilakukan oleh Lazarsfeld, Barelson, dan Gandet, tahun 1948, yang berkembang tahun 1955. Para pakar psikologi ini menemukan bahwa peranan yang dimainkan oleh media massa dalam mempengaruhi khalayak sangat kecil, bila dibandingkan dengan komunikasi langsung.

Lain lagi yang dicatat Wilbur Schramm dan Daniel Lezner bahwa konsep difusi dan adopsi inovasi pada akhirnya melandasi terjadinya dua revolusi besar yang melanda Dunia Ketiga, yakni revolusi hijau dan revolusi pengendalian penduduk.

Pada masa yang akan datang, masalah difusi dan inovasi terasa masih sangat urgent atau penting. Bukan saja diharapkan masyarakat dapat menerima dan menyebarkan inovasi pembangunan, tetapi juga mampu berpartisipasi secara aktif dalam proses perubahan sosial yang direncanakan (development).

Santoso S. Hamijoyo mengemukakan konsep tentang komunikasi partisipatoris di mana partisipasi masyarakat secara sadar, kritis, sukarela, murni, dan bertanggungjawab memang baik. ”Baik” bukan sekedar karena bahwa dengan demikian ada kemungkinan biaya pembangunan menjadi murah, tetapi ”baik” karena memang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar membangun masyarakat, bangsa, dan negara.

Kendala partisipasi tersebut, menurut Santoso S. Hamijoyo, bukan hanya karena tingkat pendidikan dan peradaban, tetapi juga karena sulitnya pelaksanaan partisipasi masyarakat. Dengan kata lain, kendala partisipasi tersebut lebih banyak bersumber dari kurangnya kemauan atau itikad baik, komitmen moralitas dan kejujuran dari sebagian para komunikator, pemimpin dan penguasa, baik di kalangan pemerintah, swasta, maupun masyarakat dari semua tingkatan.

Maka dari itu, masalah komunikasi pembangunan bukan hanya menyangkut bagaimana melakukan transformasi ide dan pesan melalui penyebaran informasi. Difusi dan inovasi merupakan problem struktural. Artinya, penerimaan dan penyebarluasan ide baru tersebut sangat tergantung pada sifat atau karakteristik lapisan masyarakat (stratifikasi sosial).

Pada pertemuan ini akan dibahas bagaimana perubahan sosial terjadi secara teoritis, bagaimana persoalan-persoalan komunikasi yang muncul di dalam perubahan sosial tersebut; serta contoh-contoh kasus dalam konteks keindonesiaan.

B. Komunikasi dan Perubahan Sosial

Jurnal Komunikasi Audientia, Vol. I, 2 April – Juni 1993, menurunkan tulisan Bruce H. Westley. Ia sudah sejak lama menekuni pemikiran di sekitar komunikasi sebagai domain perubahan sosial. Dalam buku Process and Phenomena of Social Change pada 1978, Westley menulis panjang lebar tentang komunikasi dan perubahan sosial.

Beberapa asumsi yang mendasari kajian perubahan sosial di mana komunikasi terlibat di dalamnya antara lain: pertama, bahwa proses komunikasi menghasilkan perubahan-perubahan pengertian. Hal itu bukan saja terjadi secara individual, bahkan bisa bersifat sistemik. Young Yun Kim mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran informasi di antara dua sistem yang mengatur dirinya sendiri. Kedua, pertukaran informasi mempunyai tujuan pendidikan, hiburan, persuasi, dan sebagainya. Melalui proses inilah teori pembelajaran sosial melihat bahwa setiap manusia memiliki suatu sikap atau nilai atau pandangan tertentu terhadap dunianya. Sebaliknya, dunia sekitarnya membangun dan mempengaruhi persepsi kita. Peranan media massa dalam hubungannya dengan teori pembelajaran sosial tersebut bisa mengisi keempat proses yang diajukan oleh Albert Bandura, yakni proses memperhatikan, proses mengingatkan kembali, proses gerakan untuk menciptakan kembali, dan proses mengarahkan gerakan sesuai dorongan.

Ketiga, bahwa dalam proses komunikasi terjadi sosialisasi nilai. Wilbur Schramm menyatakan bahwa kegiatan komunikasi juga dapat dilihat dari kedudukan fenomena dalam kehidupan sosial. Komunikasi pada dasarnya membuat individu menjadi bagian dari lingkungan sosial.

Hubungan yang terbentuk akibat informasi, jika memiliki pola (pattern), akan disebut sebagai instruksi atau perantara komunikasi. Rogers dan Kincaid menggambarkan terbentuknya suatu realitas sosial (social reality) akibat proses komunikasi, yakni berupa saling pengertian (mutual understanding), persetujuan bersama (mutual agreement), dan tindakan bersama (collective action).

Keempat, bahwa kegiatan komunikasi mempunyai efek yang spesifik. Teori komunikasi yang paling banyak membahas masalah efek adalah komunikasi massa, khususnya efek media. Horton Cooley sejak awal abad ke-20 sudah mengatakan bahwa media massa dapat memanusiakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat, dalam menanggapi persoalan-persoalan baru, dan memberikan konteks umum dalam rangka pengambilan keputusan yang demokratis serta menghentikan monopoli pengetahuan yang aristokratis (sebuah sistem pemerintahan yang dipimpin oleh individu yang terbaik). Dalam pandangan strukturalisme, C. Wright Mills mengatakan sebaliknya bahwa kekuatan elite dalam mengontrol massa adalah dengan mengontrol ekses terhadap media massa.

Asumsi kelima, komunikasi telah terbukti sebagai cara yang efektif dalam penyebaran ide-ide baru kepada masyarakat yang terdiri atas inovasi. Kemudian, asumsi keenam ialah komunikasi merupakan cara penularan perilaku. Asumsi ketujuh bahwa motivasi berprestasi secara korelatif digunakan dengan cara memanfaatkan media massa. Asumsi kedelapan bahwa komunikasi memiliki keterbatasan dalam menjalankan perannya sebagai agen perubahan. Karena, komunikasi bukan satu-satunya komponen yang menentukan perubahan.

C. Komunikasi Sebagai Proses Sosial

Menurut Peter L. Berger, hubungan antara manusia dengan masyarakat berlangsung secara dialektis dalam tiga momen: eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Berikut ini adalah penjelasannya.

  1. Eksternalisasi ialah proses penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Dimulai dari interaksi antara pesan iklan dengan individu pemirsa melalui tayangan televisi. Tahap pertama ini merupakan bagian yang penting dan mendasar dalam satu pola interaksi antara individu dengan produk-produk sosial masyarakatnya. Yang dimaksud dalam proses ini ialah ketika suatu produk sosial telah menjadi sebuah bagian penting dalam masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh individu, maka produk sosial itu menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang untuk melihat dunia luar;
  2. Objektivasi ialah tahap di mana interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Pada tahap ini, sebuah produk sosial berada proses institusionalisasi, sedangkan individu memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama. Objektivasi ini bertahan lama sampai melampaui batas tatap muka di mana mereka bisa dipahami secara langsung. Dengan demikian, individu melakukan objektivasi terhadap produk sosial, baik penciptanya maupun individu lain. Kondisi ini berlangsung tanpa harus mereka saling bertemu. Artinya, proses ini bisa terjadi melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang berkembang di masyarakat melalui diskursus opini masyarakat tentang produk sosial, dan tanpa harus terjadi tatap muka antarindividu dan pencipta produk sosial;
  3. Internalisasi ialah proses di mana individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya. Terdapat dua pemahaman dasar dari proses internalisasi secara umum; pertama, bagi pemahaman mengenai ‘sesama saya’ yaitu pemahaman mengenai individu dan orang lain; kedua, pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial.

Kenyataan yang berhadapan antara masyarakat dengan manusia ada hubungan saling mempengaruhi tersebut dibangun tak lain dengan proses komunikasi. Artinya, komunikasi dalam hal ini, adalah sebuah proses sosial di masyarakat. Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan bersama. Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam melakukan perubahan sosial (social change). Komunikasi berperan menjembatani perbedaan dalam masyarakat karena mampu merekatkan kembali sistem sosial masyarakat dalam usahanya melakukan perubahan. Namun begitu, komunikasi juga tak akan lepas dari konteks sosialnya. Dapat dikatakan bahwa ia akan diwarnai oleh sikap, perilaku, norma, dan pranata masyarakatnya. Jadi antara komunikasi dan proses sosial saling melengkapi dan saling mempengaruhi. Seperti halnya, hubungan antara manusia dengan masyarakat yang dikemukakan Berger di atas.

Goran Hedebro mengamati hubungan antara perubahan sosial dengan komunikasi, berikut adalah hasil pengamatannya:

  1. Teori komunikasi mengandung makna pertukaran pesan. Tidak ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran komunikasi. Dapat dijelaskan bahwa komunikasi hadir pada semua upaya yang bertujuan membawa ke arah perubahan.
  2. Meskipun komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun ia bukan satu-satunya alat yang dapat membawa perubahan sosial. Komunikasi hanyalah salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat.
  3. Media yang digunakan dalam komunikasi berperan melegitimasi bangunan sosial yang ada. Media adalah pembentuk kesadaran yang pada akhirnya menentukan persepsi orang terhadap dunia dan masyarakat sebagai tempat mereka hidup.
  4. Komunikasi adalah alat yang luar biasa guna mengawasi salah satu kekuatan penting masyarakat; konsepsi mental yang membentuk wawasan orang mengenai kehidupan. Mereka yang berada dalam posisi mengawasi media, bisa menggerakkan pengaruh yang menentukan menuju arah perubahan sosial.

Komunikasi sebagai proses sosial adalah bagian integral dari masyarakat. Secara garis besar komunikasi sebagai proses sosial di masyarakat memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

  • Komunikasi menghubungkan antar berbagai komponen masyarakat. Komponen di sini tidak hanya individu dan masyarakat saja, tetapi juga lembaga-lembaga sosial (pers, humas, universitas), asosiasi pers, asosiasi humas, organisasi desa, dan berbagai lembaga lainnya. Bentuk lembaga tersebut dapat dipertahankan dan tidak sangat tergantung dari peran komunikasi. Jika dalam musyawarah anggota memutuskan suatu asosiasi bubar, tentu tidak dapat dipertahankan lagi.
  • Komunikasi membuka peradaban (civilization) baru bagi manusia. Menurut Koentjaraningrat istilah peradaban dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah, seperti kesenian dan ilmu pengetahuan. Komunikasi telah mengantarkan peradaban negara Barat menjadi maju dalam ilmu pengetahuan.
  • Komunikasi ialah manifestasi kontrol sosial dalam masyarakat. Berbagai nilai (value),  norma (norm), peran (role), cara (usage), kebiasaan, tata kelakuan, dan adat dalam masyarakat yang mengalami penyimpangan akan dikontrol dengan komunikasi, baik melalui bahasa lisan maupun perilaku nonverbal individu.
  • Tanpa bisa diingkari komunikasi berperan di dalam sosialisasi nilai ke masyarakat. Misalnya saja, bagaimana sebuah norma kesopanan disosialisasikan kepada generasi muda dengan menggunakan contoh perilaku orang tua dan nasihat langsung.
  • Individu berkomunikasi dengan orang lain menunjukkan jati diri kemanusiaannya. Seseorang akan diketahui jati dirinya sebagai manusia karena menggunakan komunikasi. Komunikasi juga berarti mencerminkan identitas sosial individu tersebut di lingkungan masyarakat.

D. Komunikasi Sebagai Proses Budaya

Menurut Jalaluddin Rakhmat dan Deddy Mulyana, di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Antarbudaya, sekurang-kurangnya ada tiga pandangan terhadap komunikasi, yaitu:

  1. Komunikasi sebagai aktifitas simbolik

Ketika sedang berkomunikasi, kita biasanya menggunakan simbol-simbol bermakna yang diubah ke dalam kata-kata verbal (nonverbal) untuk diperagakan. Simbol-simbol komunikasi yang dimaksud dapat berbentuk tindakan, aktifitas, atau tampilan objek yang mewakili makna tertentu. Makna adalah persepsi, pikiran, atau perasaan yang dialami seseorang yang selanjutnya akan dikomunikasikan kepada orang lain.

  1. Komunikasi sebagai proses

Komunikasi merupakan aktifitas yang terjadi secara terus berlangsung, dinamis, dan berkesinambungan sehingga selalu mengalami perubahan.

  1. Komunikasi sebagai pertukaran makna

Makna adalah pesan yang dimaksudkan oleh pengirim dan diharapkan dimengerti pula oleh penerima. Permasalahannya adalah bagaimana setiap orang mampu membuat kata-kata menjadi bermakna.

Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan suatu proses budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Misalnya, anda berkomunikasi dengan suku Aborigin Australia, secara tidak langsung Anda sedang berkomunikasi  berdasarkan kebudayaan tertentu milik Anda untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi kebudayaan lain. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya ialah bahasa. Sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Maka, komunikasi juga disebut proses budaya.

Penggunaan Bahasa sebagai Unsur Budaya di dalam Proses Komunikasi

Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya. Dari definisi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, kita bisa melihat bahwa di dalam kebudayaan terdapat gagasan, budi, dan karya manusia yang akan menjadi kebudayaan setelah dipelajari terlebih dahulu oleh manusia. Wujud dari kebudayaan ialah sebagai berikut:

  • Wujud sebagai suatu kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia;
  • Wujud sebagai suatu kompleks aktivitas manusia;
  • Wujud sebagai benda;
  • Maka, wujud kebudayaan secara operasional bisa terbagi menjadi beberapa unsur yang terangkum dalam cultural universal, mencakup: peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia, mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa (lisan maupun tertulis), kesenian, sistem pengetahuan, sistem kepercayaan atau religi.

Dalam konteks komunikasi sebagai proses budaya, kita tidak terlepas dari penggunaan bahasa verbal dan nonverbal. Bahasa verbal dan nonverbal yang digunakan manusia dalam mengadakan kontak dengan lingkungannya memiliki kesamaan antara lain:

  • Menggunakan sistem lambang;
  • Merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh individu manusia;
  • Orang lain juga memberikan arti pada simbol yang dihasilkan tadi.

Sehingga terjadi proses saling memberikan arti pada simbol-simbol yang disampaikan oleh individu-individu yang saling berkomunikasi. Tanda atau simbol merupakan alat yang digunakan dalam interaksi. Pembahasan mengenai simbol harus diawali dengan konsep ‘tanda’ (sign). Tanda dapat disebut sebagai unsur yang digunakan untuk mewakili unsur lain. Dari tanda dan simbol tersebut, kita memberikan makna. Setiap orang akan memberikan makna berdasarkan pengalaman pribadinya. Manusia dapat memiliki makna sama hanya ketika mereka mempunyai pengalaman yang sama atau dapat mengantisipasi pengalaman-pengalaman yang sama.

Dilihat dari fungsinya, bahasa merupakan alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami apabila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter (semaunya). Contoh: terhadap buah pisang orang Sunda menyebutnya cau dan orang jawa menyebutnya gedang. Kemudian definisi bahasa secara formal ialah semua kalimat yang terbayangkan dan bisa dibuat menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa bisa dikatakan mempunyai tata bahasanya sendiri.

Dalam studi kebudayaan, bahasa ditempatkan sebagai sebuah unsur penting selain unsur-unsur lain, seperti sistem pengetahuan, mata pencaharian, adat istiadat, kesenian, dan sistem peralatan hidup. Bahkan bahasa bisa dikategorikan sebagai unsur kebudayaan yang membentuk non-material selain nilai, norma, dan kepercayaan. Bahasa merupakan komponen budaya yang sangat penting yang mempengaruhi penerimaan kita, perilaku kita, perasaan, dan kecenderungan kita untuk bertindak menanggapi lingkungan kita. Atau dengan kata lain, bahasa mempengaruhi kesadaran kita, aktivitas, dan gagasan kita, benar atau salah, moral atau tidak bermoral, serta baik atau buruk. Bahasa dari suatu budaya berbeda dengan bahasa dari budaya lain dan bahasa dari sebuah subkultur tertentu berbeda dengan bahasa dari subkultur yang lain.

E. Komunikasi di dalam Sistem Politik

Sebagaimana diketahui konsep komunikasi politik di dalam ilmu politik telah mengalami perkembangan dalam pengertiannya. Gabriel Almond pernah mengkategorikannya sebagai salah satu dari empat fungsi input sistem politik. Kemudian Alfian, di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia, menjadikan komunikasi politik sebagai penyebab bekerjanya semua fungsi dalam sistem politik. Komunikasi politik diibaratkan sebagai sirkulasi darah di dalam tubuh. Bukan darahnya, tapi apa yang terkandung di dalam darah itu yang menjadikan sistem politik itu hidup. Lebih lanjut Alfian menjelaskan komunikasi politik, sebagai layaknya darah, mengalirkan pesan-pesan politik berupa tuntutan, protes, dan dukungan yang berupa aspirasi dan kepentingan, untuk dibawa ke jantung sebagai pusat pemrosesan sistem politik. Lalu hasil pemrosesan itu disimpulkan dalam bentuk fungsi-fungsi output untuk dialirkan kembali oleh komunikasi politik yang selanjutnya menjadi feedback di dalam sistem politik.

Dengan kata lain, komunikasi politik menyambungkan semua bagian dari sistem politik dan juga masa kini dengan masa lampau, sehingga dengan demikian aspirasi dan kepentingan dikonversikan menjadi berbagai kebijakan. Apabila komunikasi itu berjalan lancar, wajar, dan sehat, maka sistem politik itu akan mencapai tingkat kualitas responsif yang tinggi terhadap perkembangan aspirasi dan kepentingan masyarakat serta tuntutan perubahan zaman. Hal itu biasanya terjadi pada suatu sistem politik yang mampu mengembangkan kapasitas dan kapabilitasnya secara terus-menerus.

Bagaimana komunikasi politik menyambungkan seluruh bagian dari sistem politik? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan contoh berikut ini. Orang tua, sekolah, pemuka agama, dan tokoh masyarakat melalui komunikasi politik menanamkan nilai-nilai ke dalam masyarakat. Para pemimpin organisasi politik dan kelompok kepentingan mengkomunikasikan aspirasi dan kepentingan masyarakat sebagai kehendak mereka serta rekomendasi kebijakan untuk memenuhinya. Setelah menerima informasi dari berbagai pihak, mereka yang bertugas melaksanakan fungsi legislatif membuat undang-undang yang dianggap perlu dan relevan, yang kemudian dikomunikasikan kepada pihak yang berwenang untuk melaksanakannya. Proses pelaksanaannya dikomunikasikan kepada masyarakat dan dinilai oleh masyarakat sehingga penilaian itu dikomunikasikan lagi. Dalam seluruh proses komunikasi politik, media massa baik cetak maupun elektronik, memainkan peran penting, selain saluran-saluran lainnya seperti tatap muka, surat-menyurat, media tradisional, organisasi, keluarga, dan kelompok pergaulan.

Sebagaimana bisa ditinjau, pada setiap bagian dari sistem politik terjadi komunikasi politik, mulai dari proses penanaman nilai (sosialisasi politik atau pendidikan politik) sampai kepada pengartikulasian dan penggabungan aspirasi dan kepentingan, terus kepada proses pengambilan kebijakan, pelaksanaan, dan penghakiman terhadap kebijakan tersebut. Tiap-tiap bagian atau tahap-tahap itu disambungkan pula oleh komunikasi politik.

Demikianlah, secara simultan, timbal-balik, vertikal maupun horizontal dalam suatu sistem politik yang handal, sehat, dan demokratis, komunikasi politik terjadi pada setiap bagian dari keseluruhan sistem politik. Sistem politik seperti itu sudah berhasil menjadikan dirinya sistem politik yang mapan dan handal, yakni sistem politik yang memiliki kualitas kemandirian yang tinggi untuk mengembangkan dirinya secara kontinyu. Itulah sistem politik yang sudah tinggal landas secara self-sustainable.

Lebih jauh bisa digambarkan peranan penting komunikasi politik dalam memelihara dan meningkatkan kualitas kehandalan suatu sistem politik yang sudah mapan. Ia berperan penting sekali dalam memelihara dan mengembangkan budaya politik yang ada dan berlaku yang telah menjadi landasan yang mantap dari sistem politik yang mapan dan handal itu. Komunikasi politik mentransmisikan nilai-nilai budaya politik yang bersumber dari pandangan hidup atau ideologi bersama masyarakatnya kepada generasi baru (anak-anak, remaja, dan pemuda, termasuk mahasiswa) dan memperkuat proses pembudayaannya dalam diri generasi yang lebih tua. Maka dari itu, budaya politik mampu terpelihara dengan baik, bahkan mungkin berakar dan terus berkembang dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bersamaan dengan itu, komunikasi politik bisa menyatu dan menjadi bagian integral dari budaya politik tersebut. Komunikasi politik berakar, hidup, dan berkembang bersama-sama dengan budaya politiknya.

F. Komunikasi sebagai Proses Politik

Dengan komunikasi, maka realitas, sejarah, tradisi politik bisa dihubungan dan dirangkaikan dari masa lalu untuk dijadikan acuan ke masa depan. Dengan komunikasi sebagai proses politik, berbagai tatanan politik berubah sesuai dengan tuntutan masyarakat akan berubah. Misalnya, tradisionalisme. Berbagai adopsi tradisi luar juga tidak akan mudah diterima begitu saja dan suatu saat akan mengalami kegagalan seandainya bertentangan dengan tradisi yang sudah ada. Ada beberapa catatan yang bisa ditarik ketika kita memperbincangkan komunikasi sebagai proses politik, yakni sebagai berikut:

  1. Komunikasi memiliki peran signifikan dalam menentukan proses perubahan politik di Indonesia. Ini bisa dilihat dari perubahan format lembaga kepresidenan yang dahulunya sakral kemudian menjadi tidak sakral. Ini semua diakibatkan terbinanya komunikasi politik yang baik antara masyarakat dan pemerintah.
  2. Kita pernah mewarisi komunikasi politik yang tertutup sehingga mengakibatkan ideologi politik yang tidak terbuka. Kemudian timbul penafsiran ada pada pihak penguasa yang mendominasi dan mengontrol semua bagian, sehingga memunculkan hegemoni dan pola atau arus komunikasi top down yang indoktrinatif.
  3. Komunikasi masih dipengaruhi oleh tradisi politik masa lalu. Tradisi politik yang mementingkan keseimbangan, harmoni, dan keserasian masih diwujudkan meskipun dalam kenyataannya tradisi itu justru dijadikan alat legitimasi politik penguasa atas nama stabilitas. Keterpengaruhan ini juga termanifestasikan pada budaya sungkan yang masih kental dalam tradisi komunikasi kita.
  4. Sebagai proses politik, komunikasi menjadi alat yang mampu untuk mengalirkan pesan politik (berupa tuntutan dan dukungan) ke pusat kekuasaan untuk diproses. Proses itu kemudian dikeluarkan kembali dan selanjutnya menjadi umpan balik. Ini artinya, komunikasi sebagai proses politik adalah aktivitas tanpa henti.

Daftar Pustaka

Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Rajawali Press

Panuju, Redi. 1997. Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rakhmat, Jalaluddin, dan Deddy Mulyana. 2003. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Rosdakarya.

 

SEJARAH BOSO WALIKAN – KHAS AREMA

Filed under: koeliah cui! — fitri_aini_sy @ 02:45

Di sudut kota, tepatnya di daerah Kidul Pasar, beberapa orang bergaris wajah keras bergerombol. Mereka dari kalangan tukang parkir. Entah apa yang mereka bicarakan. Kadang dimengerti kadang tidak. Kalau diperhatikan, pembicaraan mereka sedang menghitung keuntungan parkir. Itu tampak dari beberapa perkataan mereka yang sesekali menggunakan bahasa Jawa dicampur bahasa Malangan.

“Wah nek ngene, awak kadit unyap ojir. Lha adapes2 rotom iku podho kadit rayab blas nek parkir nang kene (wah, kalau begini, aku tidak punya uang. Lha sepeda motor-sepeda motor itu kalau parkir di sini tidak ada yang
bayar),” kata Sukriman, salah seorang tukang parkir itu.

Lain lagi para Aremania yang ternyata sudah membumi dengan bahasa Malangan. Penggunaan bahasa Malangan itu ternyata kerap digunakan. Ini menunjukkan kebanggaan sebagai warga Malang. “Sekitar 80 persen Aremania menerapkan
bahasa walikan. Kami malah bangga menggunakan bahasa Malangan ketika sedang tur mengikuti pertandingan Arema. Bahasa itu kami gunakan untuk memuji Arema atau mengkritik tim lawan,” kata Agus Kancil, ketua Korwil Aremania
Kasin.

Namun, kalau dicermati, ternyata ada bahasa yang khas istilah yang asli Malang. Seperti genaro (orang), ebes (orang tua), ojir (uang), raijo (uang), daroja (sepeda), dan sebagainya. Sedangkan yang lainnya, walikan diambil dalam bahasa yang sebenarnya Misalnya, kadit itreng (tidak ngerti), nakam (makan), nganal (laki-laki), kodew (perempuan), dan silup (polisi).
Lalu, dari mana munculnya bahasa walikan ini?

Pengamat sejarah dari Universitas Negeri Malang (UM) Dwi Cahyono menjelaskan, bahasa walikan yang kini sudah menjadi bahasa gaul tersebut sudah lama digunakan para pejuang di masa sebelum kemerdekaan. Bahasa walikan sudah lama menjadi sandi-sandi khusus para pejuang untuk berkomunikasi dengan para pribumi.

“Ini digunakan untuk mengelabuhi para penjajah di zaman Belanda. Sebab, dengan cara itu, ternyata lebih mudah menjalin hubungan dengan sesama pejuang,” terang pengamat sejarah ini.

Kini bahasa walikan sudah membaur jadi satu dengan bahasa Malangan. Bahkan, kini sudah menjadi trade mark warga Malang. “Bahasa Malangan kini sudah menjadi bahasa gaul dari berbagai kalangan. Tidak hanya yang muda. Yang tua
pun masih awet menggunakannya. Bahkan, bahasa walikan ini bisa mempererat hubungan persaudaraan,” tutur Dwi.

———————————————————————-
Osob kiwalan kera ngalam (bahasa terbalik Arek Malang) berasal dari pemikiran para pejuang tempo doeloe yaitu kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK). Bahasa khusus ini dianggap perlu untuk menjamin kerahasiaan, efektifitas komunikasi sesama pejuang selain juga sebagai pengenal identitas kawan atau lawan. Metode pengenalan ini sangat penting karena pada masa Clash II perang kemerdekaan sekitar akhir Maret 1949 Belanda banyak menyusupkan mata-mata di dalam kelompok pejuang Malang.

Mata-mata ini banyak yang mampu berkomunikasi dalam bahasa daerah dengan tujuan menyerap informasi dari kalangan pejuang GRK. penyusupan ini terutama untuk memburu sisa laskar Mayor Hamid Rusdi yang gugur pada 8 Maret 1949 dalam pertempuran dukuh Sekarputih (Desa Wonokoyo sekarang). Seorang tokoh pejuang Malang pada saat itu yaitu Pak Suyudi Raharno mempunyai gagasan untuk menciptakan bahasa baru bagi sesama pejuang sehingga dapat menjadi suatu identitas tersendiri sekaligus menjaga keamanan informasi. Bahasa tersebut haruslah lebih kaya dari kode dan sandi
serta tidak terikat pada aturan tata bahasa baik itu bahasa nasional, bahasa daerah (Jawa, Madura, Arab, Cina) maupun mengikuti istilah yang umum dan baku.

 

 

Penjelasan Ilmiah Tentang Pembangunan Borobudur

Filed under: sekate-kate — fitri_aini_sy @ 02:36

Candi Borobudur adalah candi terbesar peninggalan Abad ke-9. Candi ini terlihat begitu impresif dan kokoh sehingga terkenal seantero dunia. Peninggalan sejarah yang bernilai tinggi ini sempat menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Namun tahukah Anda bahwa seperti halnya pada bangunan purbakala yang lain, Candi Borobudur tak luput dari misteri mengenai cara pembuatannya? Misteri ini banyak melahirkan pendapat yang spekulatif hingga kontroversi. Dengan beberapa catatan dan referensi yang terbatas, mari kita coba menganalisis dan sedikit menguak tabir misteri pembuatan candi ini yang ternyata tidak perlu di-misteri-kan!

Desain Candi

Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.

Candi Borobudur didirikan di atas sebuah bukit atau deretan bukit-bukit kecil yang memanjang dengan arah Barat-Barat Daya dan Timur-Tenggara dengan ukuran panjang ± 123 m, lebar ± 123 m dan tinggi ± 34.5 m diukur dari permukaan tanah datar di sekitarnya dengan puncak bukit yang rata.

Candi Borobudur juga terlihat cukup kompleks dilihat dari bagian-bagian yang dibangun. Terdiri dari 10 tingkat dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi dan sisanya bundar. Dinding candi dipenuhi oleh gambar relief sebanyak 1460 panel. Terdapat 504 arca yang melengkapi candi.

Material Penyusun Candi

Inti tanah yang berfungsi sebagai tanah dasar atau tanah pondasi Candi Borobudur dibagi menjadi 2, yaitu tanah urug dan tanah asli pembentuk bukit. Tanah urug adalah tanah yang sengaja dibuat untuk tujuan pembangunan Candi Borobudur, disesuaikan dengan bentuk bangunan candi.

Tanah urug ditambahkan di atas tanah asli sebagai pengisi dan pembentuk morfologi bangunan candi. Tanah urug ini sudah dibuat oleh pendiri Candi Borobudur, bukan merupakan hasil pekerjaan restorasi. Ketebalan tanah urug ini tidak seragam walaupun terletak pada lantai yang sama, yaitu antara 0,5-8,5 m.

Batuan penyusun Candi Borobudur berjenis andesit dengan porositas yang tinggi, kadar porinya sekitar 32%-46%, dan antara lubang pori satu dengan yang lain tidak berhubungan. Kuat tekannya tergolong rendah jika dibandingkan dengan kuat tekan batuan sejenis.

Dari hasil penelitian Sampurno (1969), diperoleh kuat tekan minimum sebesar 111 kg/cm2 dan kuat tekan maksimum sebesar 281 kg/cm2. Berat volume batuan antara 1,6-2 t/m3.

Misteri Cara Membangun Candi

Data mengenai candi ini baik dari sisi design, sejarah, dan falsafah bangunan begitu banyak tersedia. Banyak ahli sejarah dan bangunan purbakala menulis mengenai keistimewaan candi ini.

Hasil penelusuran data baik di buku maupun internet, tidak ada satupun yang sedikit mengungkapkan mengenai misteri cara pembangunan candi. Satu-satunya informasi adalah tulisan mengenai sosok Edward Leedskalnin yang aneh dan misterius.

Dia mengatakan “Saya telah menemukan rahasia-rahasia piramida dan bagaimana cara orang Mesir purba, Peru, Yucatan dan Asia (Candi Borobudur) mengangkat batu yang beratnya berton-ton hanya dengan peralatan yang primitif.”

Edward adalah orang yang membangun Coral Castle yang terkenal. Beberapa orang lalu memperkirakan bagaimana cara kerja dia untuk mengungkap misteri tentang pengetahuan dia bagaimana bangunan purba dibangun.

Berikut pendapat beberapa orang dan ahli mengenai cara Edward membangun Coral Castle

Ada yang mengatakan bahwa ia mungkin telah berhasil menemukan rahasia para arsitek masa purba yang membangun monumen seperti piramida dan Stonehenge.

Ada yang mengatakan mungkin Edward menggunakan semacam peralatan anti gravitasi untuk membangun Coral Castle.

David Hatcher Childress, penulis buku Anty Gravity and The World Grid, memiliki teori yang menarik. Menurutnya wilayah Florida Selatan yang menjadi lokasi Coral Castle memiliki diamagnetik kuat yang bisa membuat sebuah objek melayang. Apalagi wilayah Florida selatan masih dianggap sebagai bagian dari segitiga bermuda.

David percaya bahwa Edward Leedskalnin menggunakan prinsip diamagnetik jaring bumi yang memampukannya mengangkat batu besar dengan menggunakan pusat massa. David juga merujuk pada buku catatan Edward yang ditemukan yang memang menunjukkan adanya skema-skema magnetik dan eksperimen listrik di dalamnya. Walaupun pernyataan David berbau sains, namun prinsip-prinsip esoterik masih terlihat jelas di dalamnya.

Penulis lain bernama Ray Stoner juga mendukung teori ini. Ia bahkan percaya kalau Edward memindahkan Coral Castle ke Homestead karena ia menyadari adanya kesalahan perhitungan matematika dalam penentuan lokasi Coral Castle. Jadi ia memindahkannya ke wilayah yang memiliki keuntungan dalam segi kekuatan magnetik.

Akhirnya didapat foto yang berhasil diambil pada waktu Edward mengerjakan Coral Castle menunjukkan bahwa ia menggunakan cara yang sama yang digunakan oleh para pekerja modern, yaitu menggunakan prinsip yang disebut block and tackle.

Beda Coral Castle beda pula Candi Borobudur. Coral Castle masih menungkinkan menggunakan Block dan Tackle. Untuk Candi Borobudur rasanya block dan tackle pun masih belum ada.

Lalu bagaimana sebenarnya cara membuat Candi ini? Misteri yang belum terungkap berdasarkan informasi di atas. Mari berfikir ulang terlepas dari misteri dengan mencoba menganalisis data-data yang ada.

Aspek yang perlu diperhatikan sebelum memperkirakan bagaimana candi ini dibangun

1. Bentuk bangunan
Candi ini berbentuk tapak persegi ukuran panjang ± 123 m, lebar ± 123 m dan tinggi ± 42 m. Luas 15.129 m2.

2. Volume material utama
Material utama candi ini adalah batuan andesit berporositas tinggi dengan berat jenis 1,6-2,0 t/m3. Diperkirakan terdapat 55.000 m3 batu pembentuk candi atau sekitar 2 juta batuan dengan ukuran batuan berkisar 25 x 10 x 15 cm. Berat per potongan batu sekitar 7,5 – 10 kg.

3. Konstruksi bangunan
Candi borobudur merupakan tumpukan batu yang diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya, sehingga bukan merupakan tumpukan batuan yang masif. Inti tanah juga sengaja dibuat berundak-undak dan bagian atasnya diratakan untuk meletakkan batuan candi.

4. Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat
Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk.

5. Semua batu tersebut diambil dari sungai di sekitar candi borobudur.

6. Candi borobudur merupakan bangunan yang kompleks
Terdiri dari 10 tingkat dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi dan sisanya bundar. Dinding candi dipenuhi oleh gambar relief sebanyak 1460 panel. Terdapat 505 arca yang melengkapi candi.

7. Teknologi yang tersedia
Pada saat itu belum ada teknologi angkat dan pemindahan material berat yang memadai. Diperkirakan menggunakan metode mekanik sederhana.

8. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan
Tidak ada informasi yang akurat. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa candi borobudur dibangun mulai 824 M – 847 M. Ada referensi lain yang menyebut bahwa candi dibangun dari 750 M hingga 842 M atau 92 tahun.

9. Pembangunan candi dilakukan bertahap
Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. Tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.

Tahap kedua, pondasi borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.

Tahap ketiga, undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.

Tahap keempat, ada perubahan kecil, yakni pembuatan relief perubahan pada tangga dan pembuatan lengkung di atas pintu.

Suatu hal yang unik, bahwa candi ini ternyata memiliki arsitektur dengan format menarik atau terstruktur secara matematika. Setiap bagain kaki, badan dan kepala candi selalu memiliki perbandingan 4:6:9.

Penempatan-penempatan stupanya juga memiliki makna tersendiri, ditambah lagi adanya bagian relief yang diperkirakan berkatian dengan astronomi menjadikan borobudur memang merupakan bukti sejarah yang menarik untuk diamati.

Jumlah stupa di tingkat arupadhatu (stupa puncak tidak di hitung) adalah: 32, 24, 26 yang memiliki perbandingan yang teratur, yaitu 4:3:2, dan semuanya habis dibagi 8.

Ukuran tinggi stupa di tiga tingkat tersebut adalah 1,9m; 1,8m; masing-masing bebeda 10 cm. Begitu juga diameter dari stupa-stupa tersebut, mempunyai ukuran tepat sama pula dengan tingginya 1,9m; 1,8m; 1,7m.

Beberapa bilangan di Borobudur, bila dijumlahkan angka-angkanya akan berakhir menjadi angka 1 kembali. Diduga bahwa itu memang dibuat demikian yang dapat ditafsirkan : Angka 1 melambangkan ke-esaan sang adhi buddha.

Jumlah tingkatan borobudur adalah 10, angka-angka dalam 10 bila dijumlahkan hasilnya : 1 + 0 = 1. Jumlah stupa di arupadhatu yang didalamnya ada patung-patungnya ada : 32 + 24 + 16 + 1 = 73, angka 73 bila dijumlahkan hasilnya: 10 dan seperti diatas 1 + 0 = 10.

Jumlah patung-patung di borobudur seluruhnya ada 505 buah. Bila angka-angka didalamnya dijumlahkan, hasilnya 5 + 0 + 5 = 10 dan juga seperti diatas 1 + 0 = 1.

Melihat data-data di atas, tentunya masih bersifat perkiraan, lalu mari kita coba memberikan beberapa analisa yang mudah-mudahan dapat dikomentari sebagai usaha kita menguak misteri yang ada sebagai berikut :

1. Dari data yang ada disebutkan bahwa ukuran batu candi adalah sekitar 25 x 10 x 15 cm dengan berat jenis batu adalah 1,6 – 2 ton/m3, ini berarti berat per potongan batu hanya sekitar maksimum 7.5 kg (untuk berat jenis 2 t/m3).

Potongan batu ternyata sangat ringan. Untuk batuan seberat itu, rasanya tidak perlu teknologi apapun. Masalah yang mungkin muncul adalah medan miring yang harus ditempuh.

Medan miring secara fisika membuat beban seolah-olah menjadi lebih berat. Hal ini karena penguraian gaya menyebabkan ada beban horizontal sejajar kemiringan yang harus dipikul.

Namun dengan melihat kenyataan bahwa berat per potongan batu adalah hanya 7.5 kg, rasanya masalah medan miring yang beundak-undak tidak perlu dipermasalahkan. Kesimpulannya adalah proses pengangkutan potongan batu dapat dilakukan dengan mudah dan tidak perlu teknologi apapun.

2. Sumber material batu diambil dari sungai sekitar candi. Hal ini berarti jarak antara quarry dan site sangat dekat. Walaupun jumlahnya mencapai 2.000.000 potongan, namun ringannya material tiap potong batu dan dekatnya jarak angkut, hal ini berarti proses pengangkutan pun dapat dilakukan dengan mudah tanpa perlu teknologi tertentu.

3. Candi dibangun dalam jangka waktu yang cukup lama. Ada yang mengatakan 23 tahun ada juga yang mengatakan 92 tahun. Jika berasumsi paling cepat 23 tahun. Mari kita berhitung soal produktifitas pemasangan batu.

Jika persiapan lahan dan material awal adalah 2 tahun, maka masa pemasangan batu adalah 21 tahun atau 7665 hari. Terdapat 2 juta potong batu. Produktifitas pemasangan batu adalah 2.000.000 / 7.665 = 261 batu/hari.

Produktifitas ini rasanya sangat kecil. Tidak perlu cara apapun untuk menghasilkan produktifitas yang kecil tersebut. Apalagi menggunakan data durasi pelaksanaan yang lebih lama.

4. Lamanya proses pembuatan candi dapat disebabkan ada perubahan-perubahan design yang dilakukan selama pelaksanaannya. Hal ini mungkin dikeranakan adanya pergantian penguasa (raja) selama proses pembangunan candi.

5. Borobudur dilihat secara fisik begitu impresif. Memiliki 10 lantai dengan bentuk persegi dan lingkaran. Memiliki relief sepanjang dinding dan arca dalam jumlah yang banyak. Candi ini begitu memperhatikan falsafah yang terkandung dalam ukuran-ukurannya. Hal ini membuktikan bahwa candi dibangun dengan konsep design yang cukup baik.

6. Candi borobudur adalah candi terbesar. Candi borobudur juga terlihat kompleks dilihat dari design arsitekturalnya terdiri dari 10 tingkat dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi dan sisanya bundar. Dinding candi dipenuhi oleh gambar relief sebanyak 1460 panel. Terdapat 504 arca yang melengkapi candi.

Ini jelas bukan pekerjaan design dan pelaksanaan yang gampang. Kesimpulannya candi borobudur yang bernilai dari sisi design baik teknik sipil maupun seni arsitektur membutuhkan perencanaan dan pengelolaan yang matang dari aspek design maupun cara pelaksanaannya. Bisa disimpulkan bahwa candi ini dibangun dengan manajemen proyek yang sudah cukup baik.

Dari kesimpulan-kesimpulan di atas bisa kita tarik suatu kesimpulan umum bahwa candi borobudur berbeda dengan bangunan pubakala lainnya yang dipenuhi misteri dan mistis. Candi ini lebih dapat dijelaskan dengan konsep fisika sederhana. Cara membangun candi ini bukanlah suatu hal yang dianggap misteri apalagi mistis.

Candi ini lebih bernilai dan terkenal bukan pada misteri-misteri yang berserakan, tapi candi ini memiliki nilai design aristektur dan teknik sipil serta kemampuan manajemen proyek yang tinggi yang menunjukkan kemajuan pemikiran para pendahulu bangsa kita. Kita patut bangga!!!

Sumber :
manajemenproyekindonesia.com

 

8 Waktu Terbaik Bagi Otak 23 Maret 2011

Filed under: sekate-kate — fitri_aini_sy @ 03:58

Banyak yang menduga hanya energi atau berat badan yang dapat berfluktuasi selama satu hari. Padahal otak manusia juga memiliki irama tersendiri dan ada waktu-waktu terbaiknya. Kapan saja waktu brilian untuk melakukan aktivitas tertentu?

Seperti dikutip dari Health.MSN, Senin (4/10/2010) ada 8 waktu tertentu yang mana seseorang bisa menjadi brilian dalam melakukan tugas-tugasnya, yaitu:

Jam 7-9 pagi: Saat terbaik untuk meningkatkan semangat dan gairah
“Waktu tersebut merupakan saat yang sempurna untuk meningkatkan ikatan dengan pasangan ketika baru bangun tidur,” ujar Ilia Karatsoreos, PhD, ahli saraf dari Rockefeller University.

Hal ini karena kadar hormon oksitosin (hormon cinta) berada di level tertinggi setelah bangun tidur. Waktu ini merupakan saat yang tepat untuk memperkuat hubungan dengan orang-orang yang paling penting dalam hidup. Peneliti Inggris menuturkan bahwa kadar oksitosin pada laki-laki akan berangsur-angsur menurun seiring berjalannya waktu.

Jam 9 pagi sampai 11 siang: Saat terbaik untuk kreativitas
Pada waktu tersebut otak memiliki hormon kortisol (hormon stres) yang cukup, sehingga dapat membantu memfokuskan pikiran dan hal ini tidak dipengaruhi oleh usia berapapun.

Saat ini merupakan waktu yang prima untuk belajar serta mengerjakan tugas yang membutuhkan analisa dan konsentrasi. Karena itu saatnya mengembangkan ide baru, membuat presentasi atau melakukan brainstorming.

Jam 11 sampai jam 2 siang: Saat terbaik untuk melakukan tugas yang sulit
Peneliti Jerman menuturkan saat tersebut hormon melatonin (hormon tidur) telah menurun tajam, sehingga tubuh lebih siap untuk mengerjakan beban proyek atau pekerjaan yang sulit dan keras.

Namun sebaiknya tetap tidak melakukan beberapa tugas secara bersamaan, karena akan membuat seseorang kehilngan konsentrasi. Karena itu saatnya melakukan presentasi atau melakukan tugas yang berat lainnya.

Jam 2-3 siang: Saat terbaik untuk beristirahat
Untuk mencerna makan siang, maka tubuh akan menarik darah dari otak ke perut, kondisi ini akan membuat asupan darah atau oksigen ke otak sedikit berkurang yang membuat seseorang jadi mengantuk. Untuk itu cobalah beristirahat sebentar dari pekerjaan.

Jika tetap harus bekerja dan melawan kantuk, cobalah berjalan-jalan sebentar, melakukan meditasi atau minum air putih. Hal ini bisa meningkatkan volume vaskuler dan sirkulasi sehingga meningkatkan aliran darah ke otak.

Jam 3 siang sampai 6 sore: Saat terbaik untuk kolaborasi
“Pada saat sekarang otak akan merasa sangat lelah,” ujar Paul Nussbaum, PhD, seorang neuropsikolog klinis. Karena itu tak ada salahnya untuk melakukan kolaborasi dengan rekan kerja atau melakukan kegiatan yang berbeda. Meskipun otak tidak setajam waktu sebelumnya, tapi seseorang akan merasa lebih santai dan tekanan tubuhnya juga lebih rendah.

Jam 6 sore sampai 8 malam: Saat terbaik untuk melakukan tugas-tugas pribadi
Diantara jam tersebut, peneliti menemukan bahwa otak sudah masuk dalam tahap ‘pemeliharaan’, yaitu ketika produksi melatonin masih berada di level rendah.

Tak ada salahnya untuk berjalan-jalan seorang diri atau bersama teman-teman, menyiapkan makan malam atau menikmati waktu yang berkualitas bersama anggota keluarga.

Jam 8-10 malam: Saat terbaik untuk bersantai
Pada saat ini ada transisi dari kondisi terjaga menjadi mengantuk, karena kadar hormon melatonin akan meningkat cepat. Sementara itu kadar serotonin (neurotransmitter yang berhubungan dengan semangat) akan memudar.

Rubin Naiman, PhD spesialis masalah tidur dari University of Arizona’s Center for Integrative Medicine menuturkan sekitar 80 persen serotonin akan dirangsang dari paparan sinar matahari, sehingga jika matahari tenggelam kadar dalam dalam tubuh juga berkurang.

“Pada malam hari ketika otak sudah lelah, merupakan cara terbaik untuk membuat tubuh menjadi santai seperti menonton film lucu, merajut atau melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh santai atau rileks,” ujar Naiman.

Jam 10 malam ke atas: Saat terbaik untuk tidur dan menuda segala kegiatan
Saat ini merupakan waktunya istirahat malam dan tidur, pengaturan cahaya akan dapat membantu membiarkan otak beristirahat. Setelah beberapa jam, otak akan siap kembali untuk memulai aktivitas baru.

Usahakan untuk mendapatkan tidur yang cukup sebanyak 7-8 jam, sehingga bisa mendapatkan kesehatan dan energi yang optimal di pagi hari.

sumber: detik health

 

Terima kasih 17 Desember 2010

Filed under: sekate-kate — fitri_aini_sy @ 10:12

Berterimakasihlah pada orang yang telah melukai hatimu, karena ia telah membuatmu kuat…

Berterimakasihlah pada orang yang membohongimu, karena ia membuat hidupmu bijaksana…

Berterimakasihlah pada orang yang membencimu, karena ia mengasah ketegaranmu…

Berterimakasihlah pada orang yang mencintaimu dengan tulus, karena dialah anugerah terindah yang diberikan Allah padamu…

 

Hello world!

Filed under: sekate-kate — fitri_aini_sy @ 04:02

selamat datang ke blog saia…:)

nyoba nulis, nyoba cerita, nyoba masukin kata2, nyoba banyak hal dah!!!

doain yaw…

leave ur comment and put ur thumb…^_^